Tampilkan postingan dengan label Puisi dan Pantun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi dan Pantun. Tampilkan semua postingan

PUISI PERNIKAHAN

Posted by Unknown Minggu, 05 Mei 2013 0 komentar
puisi pernihakan
Akan tiba saatnya
Jiwa ini terjerat cinta
Tak lagi sekedar permainan
Namun menjadi sebuah perjanjian

Cinta tulus ini
Terpadu juga dalam sebuah akad
Perjanjian diri tuk saling setia
Sehidup semati, menyatukan separuh jiwa

Saat akad terucap,
Resmi diri ini seutuhnya milikmu
Resmi hidup ini ku serahkan untukmu
Konsekuesikan ucap akad itu
Sebagai wujud cinta kita

Berjanjilah tuk katakan yang sebenarnya
Bahwa kita saling CINTA
NB : Mohon doa restu agan-agan, semoga acaranya lancar.

Baca Selengkapnya ....

Puisi Penantian : Menunggu Kepastian Cinta

Posted by Unknown Rabu, 20 Maret 2013 0 komentar
Gemulai nestapa terpana dalam nada
Yang tepancar oleh fatamorgana dalam cinta
Meraut wajah indah dalam wahana sang raja
Yang tercipta tuk singgahkan rasa yang terpendam lama
Hingga semilir angin goyahkan rasa yang ada
Tuk mengejar keindahan dalam cinta yang lama sirna

Kini….
Mahligai nada itu etlah kembali dalam nestapa yang tak bernyawa
Hingga bangunkan gairah tuk semaikan rasa yang baru tercipta
Agar bisa taklukan rasa yang kian meradang dalam jiwa
Hingga sunyi dan sepi berganti bahagia semata

Kini….
Dengan adanya kau adinda ….telah pancarkan sedikit rasa
Tuk semayamkan dalam jiwa yang sempat merana
Oleh cinta yang tak kunjung menghiba

Kini.. aku
Terpedaya akan keindahkan gemulai paras nan indah
Yang silaukan gemerlap kehidupan tuk cakup samudra dalam harapan
Yang terkatung dalam lorong paras dunia yang memukau
Agar ku bisa raih semua angan dalam harapan
Yang tersimpan dalam benak rasa yang terus tersimpan

Walau ku tau….
Dalam jalan yang terbentang ada duri penghalang
tuk hentikan jejak kaki yang trus menerjang
hingga tercecer sebercak rasa yang tak pasti tuk dapatkan
hingga hancurlah hati sang pengembara dalam dawai jiwanya

namun…..
mahligai singgah sana sang raja telah membentang
tuk berikan satu harapan kepastian
yang telah tercecer dalam jalan kenaifan

dalam lebam ku rasakan …….
Dalam kelam yang memilukan …hingga peristirahatan ku terdiam
Menunggu kepastian yang akan menjelang

sumber



Baca Selengkapnya ....

Aku Jatuh Cinta

Posted by Unknown Rabu, 06 Maret 2013 3 komentar
Ku katakan pada peri..
Tentang dedaunan yang jauh lebih indah dari adanya..
Tentang rembulan yang lebih besar dari biasanya..
Ku katakan pada Bintang..
Mentari ini menghangat bagai sentuhan yang tak pernah kudapat..
Gemericik rerintik hujan selalu membayangiku.. Begitu romantis..
Ku katakan kepada malam..
Aku bahagia dalam gulitanya..
Aku bahagia bersama suara jangkrik yang mengelitik..
Aku senang dengan suara detak jarum jam yang begitu sunyi..
Aku tersenyum ketika aku mau..
Aku menangis tanpa pernah kuminta..
Dan ku katakan kepada dunia..
Aku Jatuh Cinta

oleh : Ratu Puisi

Baca Selengkapnya ....

Kau Yang Disana

Posted by Unknown Senin, 04 Maret 2013 0 komentar
Terdiam..
Termenung..
Hanyut dalam sunyi

Alunan gemerisik dedaunan
Bersahutan jatuh ke pangkuanku
Hangatkan jemariku yg kaku diguyur malam
Adakah ia iba padaku
Dan tanya aku kenapa?
Karna ku diguncang prahara
penantian yg suntuk untukmu

Kau yg disana
Rasa ingin terbang menjemputmu
Ingin kujambak rambutmu
dan kuikat di leherku
Kutarik tubuhmu menempel pelukku
Kan kuremas jemarimu gerayangi wajahku
Kan kutabuh dinding dadamu hingga gempar sesakkan nafasmu

Sungguh dasyatnya rinduku
menggelegar tembus di rusuk igaku
Sembunyi di belakang jantungku
Bersemayam berselimutkan laraku
Dibawa kabut tak terhitung waktu

Hadirmu..
Bagai mimpiku yg berlalu
Bayangmu..
Cepat nian hilang tiada nyata
Diadu rasa tak berdaya
Sulit kuraih karna ku tak biasa

Duhai dirimu..
Sungguh aku tak sanggup
Tahan gejolak hasratku
Yang kurus terhimpit luka
Selaksa laraku hanyut dalam airmata
Tersapu buih keringatku
Yang kian letih menantimu
Di ujung sendu

Tapi kuharus yakin tiada ragu
Dalam penantian panjangku
Aku pasti meraih bahagia tiada tara denganmu
Kan kukumpulkan benih-benih sabarku
Kan kusemai dalam doa dan harapanku
Kan kugenggam asa dalam cita cintaku
Mesikipun ku tiada pernah tau
Kapan waktu itu kan hadir sepenuhnya
Hanya untukku dan untukmu..
.
by. Rahma Rara.

Baca Selengkapnya ....

Akuilah Cinta

Posted by Unknown Sabtu, 02 Maret 2013 0 komentar
Kita tahu
kita percaya
bahwa rasa itu tumbuh sekian lama
dan bernaung di dalam hati
menunggu detik agar mewujudkanya
menjadi kata, kalimat, lalu suara

Aku tak peduli
bila ruang harus menyekat cinta
dan aku mencoba menyeru kepada detik
agar temukan kita di ujung hari

Aku tidak peduli meski dibulan tak berbulan sekalipun
ruang masih saja menyekat cinta
dan aku masih saja mencoba menyeru kepada detik
agar temukan kita di serambi taman surga

Aku tak peduli
bila langit menggulung mendungnya
dan menghujam bumi dengan ribuan bintik
lalu laut mengamuk menyapu karang yang tegar
tanah terkuak menenggelamkan harapan-harapan besar
dan akhirnya tuhan menyeru kepada malaikat maut
untuk bertebaran menyayat ribuan jiwa

Selelah apapun mataku mencari wujudmu
selelah apapun telinga meraba udara mencari suaramu
selelah apapun kaki berjalan, mengukir jejak mengejar bayangmu
apapun yang kau lakukan
bagaimanapun kau menolaknya
cinta akan tetap berada disana
menunggumu mengakui keberadaannya
kau dan aku tahu itu

Kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta

Baca Selengkapnya ....

Indah pada waktunya

Posted by Unknown Jumat, 11 Mei 2012 0 komentar
Terkadang kita meminta pada Tuhan setangkai bunga yang indah,
akan tetapi Tuhan memberikan kaktus yang berduri

Di saat lain kita meminta kepada Tuhan kupu-kupu,
akan tetapi Tuhan memberikan seekor ulat

Kita menjadi sedih,
kecewa,
bahkan “MARAH”

Namun kemudian kaktus itu berbunga indah sekali,
dan ulat itupun menjadi kupu-kupu yang cantik

Itulah jalan Tuhan
“Indah pada waktunya-Nya”

Tuhan tidak memberikan apa yang kita “harap”kan
tapi Tuhan berikan apa yang kita butuhkan

Kadang kita sedih,
kecewa,
terluka,
berburuk sangka,
tapi ternyata jauh di atas segalanya

Tuhan sedang merangkai yang terbaik
dalam kehidupan kita
agar kita belajar untuk
Ikhlas dan Sabar

Semoga hari ini lebih baik dari pada hari kemarin
karena seandainya hari ini sama saja dengan hari kemarin
kita termasuk orang yang sudah merugi.

Baca Selengkapnya ....

Tengah Malam dengan Sisa Hujan

Posted by Unknown Sabtu, 03 Juli 2010 0 komentar
Entah harus bagaimana lagi harus kubahasakan cinta kepada malam
Kepada sore telah kujanjikan
Ditengahnya telah aku buktikan
Sementara esok subuh sepertinya masih tanda tanya yang dia ragukan
Dengan kata yang ia guratkan
Dalam puisi yang ia tuliskan

Harus dengan apalagi kulawan dingin hujan
Meski kuyup seluruh badan
Walau gigil mengerutkan tulang
Aku mencoba tersenyum hangat, meski kadang terdiam
Dengan sigeret yang kau sulutkan
Tenggelam di dasar kopi pahit yang kau buatkan

Malam ini hujan
Dingin semakin tajam
Aku tetap memeluknya
Dengan kuyup aku tersenyum, terpejam

Pejaten, 3 Juli 2010 (Malam hampir Pagi : Suryanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Jarak

Posted by Unknown Senin, 07 Juni 2010 1 komentar
Adakah rindu ini hanya untukmu, duhai bidadari bermata syahdu
Dirimu yang berdiri jauh di sana
Menari mesra berlenggok manja

Hanya larik sinar mata syahdumu yang sampai di tapal batas itu
Tempat di mana aku berdiri menatap kuyu, ke arahmu
Cuma sinar itu yang ku tahu
Dan ayu rupamu akupun meragu

Boleh kubeli mata syahdu itu?
Atau mungkin ku tukar dengan separuh jantungku
Lalu kumasukan ke dalam toples kaca
Aku pajang di tempat terbaik

Ada jarak tak berjarak
Ada dinding yang tak tampak
Ada ragu yang kau sematkan diantara ketidakmpuan dan ketidakyakinan

Biarkan semua mengalir
seperti embun yang membulir lalu menetes lenyap ditelan pasir
Mungkin jarak ini yang membuat kita tetap saling membutuhkan
Mungkin dinding ini yang membuat kita merinding dalam romansa bening


Malam di Ibukota kita
Hiruk pikuk tetap tak selesai
Namun hati kita terus damai dalam jarak itu..

Jakarta, 12 April 2010 (Suriyanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Dandelion Untuk Jingga

Posted by Unknown Minggu, 06 Juni 2010 0 komentar
Pernah tersemat kuntum mawar di telingamu
Merah, merekah serta semerbak
Saat kita bertemu di tepi telaga biru
Di pinggir Jakarta kita
Jingga, cantiknya dirimu saat itu

Lalu kutawarkan sebuah kuncup dandelion, saat matamu menatap penuh harap.
Di ranum kelopak bunga itu masih tersisa bulir embun sisa subuh tadi
Hampir kering tersengat matahari pagi
"Pasang di sini," ucapmu sambil menunjuk saku kemeja motif kotakmu
Penuh lembut, aku selipkan batang bunganya di situ
Terlihat kelopak hampir mekar di mulut saku kemeja itu
Cukup rapuh sungguh

Maka jagalah dan jangan biarkan semilir merusak kelopaknya
Jingga, Asaku seperti pintamu
Harapku juga maumu

Lalu harus apa lagi selain bunga rumput itu yang akan kuberi padamu
Musim terlalu kering
Hanya dandelion itu yang bertahan
Itupun tinggal satu-satunya yang kutemukan di hutan kecil sana

Jaga, jagalah.....

(Suryanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Sebuah Paragrap Terakhir

Posted by Unknown Kamis, 03 Juni 2010 0 komentar
Ingat saat kamu memintaku menuntunmu menulis?
Menulis paragrap terakhir ceritamu yang belum sempat rampung sore itu
Sebuah cerita yang kelak menjadi nostalgia kelam di masa depan

Tanganmu gemetar kaku
Letih kentara mendera jari lentikmu
seperti tak kuasa menahan pena bulu itu

Masih membekas titik-titik air di kertasmu
Limpasan dari matamu yang cekung dan kering
Tumpahan cokelat hangat belum lagi kau bersihkan dari meja kerjamu, lengket dan bersemut

Penuh kasih, kurangkulkan lengan kiriku di pundakmu
Dan tapak tangan kananku mulai memeluk punggung tanganmu yang tergenggam
Sebuah pena tegak disana, menghujam melubangi kertasnya

Perlahan, mulai sebuah akhir cerita kita tuliskan bersama, ceritamu
Di atas sebuah kertas buram berisi banyak coretan

Penuh tinta warna warni hingga tak terbaca Walau penuh makna

Huruf dan kata tak lagi tampak
Menimpah deretannya yang lebih dulu ada,entah sejak kapan
Di atas kertas yang bertahun tak terbeli olehmu

"Aku mau ganti kertas putih," katamu.
"Mau beri aku kertas putih," harapmu.

Tangan kiriku masih dipundakmu
Tapak tangan itu terus memeluk punggung tanganmu
Saat kita mulai lagi menulis
Menulis dengan jujur
Sebuah cerita berbeda dan baru di atasnya
Di sebuah kertas putih yang kau minta

Masih gemetar jemarimu meski tak sekeras dahulu
Masih cekung matamu meski mulai ada cahaya di situ
Seutas senyum tipispun kau hadirkan dari kering bibirmu
Bibir yang belakangan ini selalu menyuguhkan senyum pagi di mataku

"Cerita apa?" tanyaku
"Cerita Kita," jawabmu

Tentang Paragrap terakhir kisahmu lalu
Yang kini menjadi jiwa cerita kita
Tentang air mata
Tentang pengkhianatan
Tentang kehidupan
Tentang senyummu
Tentang ketidakberdayaanmu

Semua terangkum dalam sebuah kisah bernama "Kita"

Lalu kita sulap semuanya menjadi harapan
Menjadi keyakinan

Menjadi kepercayaan
Menjadi kebahagiaan
Tersulam menjadi sebuah bangunan masa depan
Masa depan kita

Pejaten jelang subuh, 20 Mei 2010 (Suryanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Tentang Mimpi Semalam

Posted by Unknown 0 komentar
Duhai teman sejalan, ajari aku cara menggandeng tangan
Kita yang selalu bersisian menatap masa depan
Harus kugenggam erat, atau kubiarkan renggang
Untuk sewaktu-waktu membiarkan tubuh lelahmu menggantung di lengan
Aku yang selalu butuh karena tubuh lemas penuh beban

Wahai kawan dalam percakapan
Tunjukan bagaimana caraku memberi kepercayaan
Sesuatu yang utuh kau berikan
lalu kau minta bayaran sepadan
Aku yang khawatir berlebihan atau itu yang terlalu rawan
Dengan rapuh jiwamu yang selama ini kau sandang

Aku hanya ingin kita berjalan perlahan, ke depan
Bercerita tentang indahnya musim
Tentang penatnya pekerjaan
Sambil menikmati hujan yang malu-malu
Atau menantang matahari yang tak pernah bosan bikin kulit kita legam
Dengan kepala tegak dan senyum mengembang

Telunjukku tak jera mengacung ke depan
Di mana ada kelokan, perempatan, dan jembatan yang bakal jadi injakan
Mataku tak kedip ke matamu
Memastikan matamu juga terus fokus ke sana
Pada sebuah utopia yang hanya milik kita
Sama sekali bukan fatamorgana

Ini tentang mimpi buruk semalam
Tentang leburnya semua kepercayaan dan terkuburnya impian
Di sana, di mimpi buruk semalam

Ini tentang kebingungan sebuah pemaknaan
antara kembang tidur dan firasat alam

Pejaten, 26 Mei 2010 (Suryanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Diatas Garis Mengintip Dunia

Posted by Unknown Minggu, 31 Januari 2010 3 komentar
Mengintip Dunia yang masih terlelap dari sela-sela jendela kamarnya
Lihat, tak terlalu nyenyak dia
Tubuhnya mulai resah tanda tidur tak lagi purna
Sesekali ia menggeliat manja

Bukan tanpa niat aku mengintipnya pagi ini, sebelum aku mencumbunya habis-habisan siang nanti
Agar cepat tanganku kala menyibak setiap helai bajunya
Harap tak sesat gerakku dalam setiap inci tubuhnya

Kulihat wajah cantik Dunia tak lagi tenang di akhir masa tidurnya
Rencana kerja hari ini sepertinya mendahului dan merasuk ke dalam mimpi pagi
Dahinya yang mulus sesekali mengerut seperti sedang berpikir
Sedangkan sisa pergumulan kemarin belum juga pudar

Di bawah sadar, ujung pakaiannya sedikit tersingkap
birahiku perlahan naik
Kupandangi. Ada perasaan tegang, senang, lucu, bingung bahkan ngeri
Tak sabar rasanya ingin segera siang untuk menjamah tubuh yang terpampang itu
Terus kupandangi ia

Di timur fajar jadi mentari, mentari tumbuh jadi matahari
Dunia menggeliat panjang, matanya terbuka
Memicing menahan silau matahari yang ikut mengintip dari celah yang sama
Perlahan ia mengucek mata dengan punggung tangannya
Bangun,pandangannya berputar ke sekeliling kamar
Mungkin ia merasa ada jika yang memerhatikannya

Takut ketahuan, aku pergi perlahan dengan langkah berjingkat
Setelah aman segera ku ambil langkah seribu, meninggalkan halaman samping rumahnya itu dengan bekas tapak sendalku

Cepat mandi dan tak lupa menghabiskan kopi
cigaret tak lepas dari jepitan jari
semprot sana-sini biar wangi dan Pergi untuk menemui Dunia di luar sana

Aku datang Dunia..!!

Sudah ku tahu titik panas tubuh mu
Tunggu Dunia, kan kugenggam kau hari ini
Semoga kau dan yang lain tak tahu ku telah mengintipmu pagi tadi

Aku pergi, Siap untuk mencumbumu dengan langkah terayun menggebu
Persetan orang-orang lain yang juga jatuh cinta pada kemolekanmu
Mereka tentu harus bersaing denganku yang memujamu

Tunggu saat kita menjadi satu raga duhai belahan jiwa
Terus membara tak padam hingga lelah mendera, sampai waktu lelap tiba.
Sampai kita sadar ada sebuah batas tenaga....

Saat tidurku pun hanya untuk menjalani sebuah bagian dari budaya malam. Bahkan mimpiku pun penuh oleh mu, Dunia.

Esok aku pastikan tak kesiangan untuk mengintipmu lagi dan lagi....Sebelum kembali mencumbumu..., Dunia.

Tangerang, 15 Oktober 2009 (ditulis oleh Suriyanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Pinta pada Malam

Posted by Unknown Jumat, 29 Januari 2010 0 komentar
Malam, nyanyikan aku senandung lelap. Dengan dinginmu yang ketat. Dengan gelapmu yang pekat. Dan dengan sunyimu yang senyap. Esok, tak usah pamit saat berangkat.

Cium saja dahiku yang sedikit berkeringat. Jangan lupa kecupan manis di pipiku yang tergurat lipatan sarung bantal. Setelah itu, buat langkahmu berjingkat. Tutup pintu perlahan agar tak bunyi engselnya yang mulai berkarat. Biar larik hangat matahari yang membuat mataku terbuka lapat-lapat.

Malam, kau pasti pulang telat. Jangan lupa bungkuskan lelah yang hebat dan kantuk yang hangat. Kalau ada, Kau ajak pulang juga hujan-hujan yang tersesat. Biar segera kubukakan kau pintu rumah dan pasti kan kupeluk kau erat rapat. Kalau tidak jangan harap.

Malam, Nyanyikan aku senandung lelap.

Tangerang, 30 Januari 2010 (ditulis oleh Suryanto Bari)



Baca Selengkapnya ....

Secangkir Kopi dan Teh untukmu

Posted by Unknown 0 komentar
Senang sungguh aku bisa buatkanmu kopi pagi dan menyeduhkan teh di malam hari. Kesibukan baru untukku. Dari sekadar bentuk perhatian untukmu, hingga keduanya menjadi candu.

Sruput kopi pagi itu agar bisa kau raih hari terbaik. Maafkan jika kurang manis sedikit encer atau mungkin terlalu banyak gula dan kopi yang kutuang di sana.

Hari masih pagi. Kita berdua bersiap untuk berangkat kerja. Tak perlu kau luruskan letak kerah kemejaku yang melenceng, meski sulit untukku melakukannya sendiri. Juga tanganmu tak harus kotor menyentuh tali sepatuku yang tak sempat kuikat karena terburu-buru.

Habiskan kopi itu dan cepat bergegas sebelum telat. Hati-hati di perjalanan dan jangan lupa makan siangmu.

Secangkir teh manis sudah siap di meja. Harum. Masih berasap. Aku membuat cepat agar kamu bisa menikmatinya setelah menyelesaikan pekerjaan yang kau bawa ke rumah malam itu.

Nikmati setiap tegukannya. Tandaskan hingga dasar cangkirnya agar tubuhmu hangat, dan lekas beristirahat. Semoga teh itu bisa menghilangkan penat dan pegal tubuhmu dan bisa mengantarmu tidur.

Aku ?... Pegal ditengkuk ku akan hilang dengan sendirinya ku bawa lelap. Tidur saja lebih dulu. Aku masih harus memasak air untukmu dan menyimpannya di dalam termos, untukmu mandi besok subuh.

Pernah kau melarangku rutin membuatkan kopi dan teh itu. Kamu bilang kadang terburu-buru berangkat untuk rapat. Minum kopi di tempat kerjamu adalah sebagai gantinya. Pagi itu jam tujuh hampir penuh. Namun aku tetap membuatnya meski hanya kau minum setengahnya saja.

Teh dalam jamuan kerja juga pernah menjadi alasanmu untuk tidak melirik teh buatanku. Semut girang bukan kepalang dan segera mengerubutinya.

Lalu, kamu bilang pada ku untuk membiasakan diri langsung berangkat kerja tanpa membuatkanmu kopi. Dan cepat tidur pada malam hari tanpa harus repot-repot meyeduhkanmu teh.

Jelas aku menolaknya. Biar saja aku terus membuatkamu kopi pagi dan menyeduhkan teh untukmu. Diminum atau tidak, hingga menyemut, itu adalah pilihanmu.

"Sampai kapan?" tanyamu malam itu saat aku sedang mengaduk teh. Aku menggeleng bimbang.

Sampai aku lupa bentuk cangkir dan sendok pengaduk. Sampai aku tidak bisa membedakan mana gula, garam, atau merica. Sampai aku tidak lagi bisa membaui harum bubuk kopi, Sampai aku tidak bisa merasakan panas air mendidih yang tumpah ke tapak tangan, Sampai giliran semut-semut itu mengerebuti tubuhku" jawabku sontak.

Sayang, Bangun...Lihat kepul asap dari cangkir kopimu...

Tangerang, 11/10/09 (ditulis oleh Suriyanto Bari)





Baca Selengkapnya ....

Hujan Akhir Mei

Posted by Unknown Kamis, 28 Januari 2010 0 komentar
Ini akhir Mei, Sayang
Tanda hujan sebentar lagi jarang datang
Ayo, jalan-jalan

Sekadar mengais-ngais gerimis yang hampir habis

Agar suasana lebih dingin hingga tangan terlipat ketat
Agar sigaret ini terhisap dalam tak buat bosan

Atau, untuk buat titik air menggantung di rambut panjangmu
Dan supaya hangat pelukan-pelukan saat kita saling merayu

Sebentar lagi Juni tiba, Cinta
Kita pasti akan merindukannya
Rindu pada basah baju kita karena tempias airnya
Pada cipratan air di kaki kita
Juga pada kerut-kerut di ujung jari yang hampir mati rasa
Tubuh kita semakin rapat karenanya

Rindu juga pada gelegar guntur yang jadi pembenar
Alasan kita saling meremas jemari yang gemetar
Meski seram, suaranya bak melodi melankolis
Tak ubahnya tangis artis di sinetron tadi malam

Lalu, mau apa kita saat kemarau nanti
Apa perlu kita berbelanja baju musim panas lagi
Atau kita keluarkan koleksi dari lemari
Lengkap dengan kacamata trendi untuk melawan angkuhnya matahari

Kita berbicara tentang musim yang kaku
Yang setiap tahun selalu begitu
Yah, sedikit berbelok karena efek zaman yang katanya maju

Sudahlah, jangan keluhkan hawa dingin atau panasnya
Lebih baik kita siapkan puisi musim panas kita
Sementara kita simpan dulu ide puisi tentang hujan sebelumnya

Hai, mulai mendung
Ayo kita nikmati sisa-sisa musim basah ini


Pejaten, Akhir Mei 2010 (Suryanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Pantun Lampung

Posted by Unknown Senin, 25 Januari 2010 1 komentar

Pattun/Segata/Adi-Adi

Pantun/segata/adi-adi adalah salah satu jenis puisi tradisi Lampung yang lazim di kalangan etnik lampung digunakan dalam acara-acara yang sifatnya bersukaria, misalnya pengisi acara muda mudi nyambai, miyah damagh, kedayek.
Contoh pattun/segata:

Bukundang Kalah Sahing
 Numpang pai nanom peghing
Titanom banjagh capa
Numpang pai ngulih-ulih
Jama kutti sai dija

Adek kesaka dija
Kuliak nambi dibbi
Adek gelagh ni sapa
Nyin mubangik ngughau ni

Budaghak dipa dinyak
Pullan tuha mak lagi
Bukundang dipa dinyak
Anak tuha mak lagi

Payu uy mulang pai uy
Dang saka ga di huma
Manuk disayang kenuy
Layau kimak tigaga

Nyilok silok di lawok
Lentera di balimbing
Najin ghalang kupenok
Kidang ghisok kubimbing

Kusassat ghelom selom
Asal putungga batu
Kusassat ghelom pedom
Asal putungga niku

Kughatopkon mak ghattop
Kayu dunggak pumatang
Pedom nyak sanga silop
Min pitu minjak miwang

Indani ghaddak minyak
Titanom di cenggighing
Musakik kik injuk nyak
Bukundang kalah sahing

Musaka ya gila wat
Ki temon ni peghhati
Ya gila sangon mawat
Niku masangkon budi

Ali-ali di jaghi kiri
Gelang di culuk kanan
Mahap sunyin di kutti
Ki salah dang sayahan

Terjemahannya:
Pacaran Kalah Saingan

Numpang menanam bambu
Ditanam dekat capa
Numpang bertanya
Kepada kalian di sini

Adik kapan kemari
Kulihat kemarin sore
Nama adik siapa
Agar enak memanggilnya

Berladang dimana aku
Hutan tua tiada lagi
Pacaran dengan siapa aku
Anak tua tiada lagi

Ya uy pulang dulu uy
Jangan lama-lama di ladang
Ayam disayang elang
Kacau kalau tak dicegah

Melihat-lihat di laut
Lentera di balimbing
Walau jarang kulihat
Tapi sering kuucap

Kucari ke dasar gelap
Asal bersua batu
Kucari hingga ke tidur
Asal bersua denganmu

Kurebahkan tak rebah
Kayu di ujung pematang
Sejenak aku tertidur
Tujuh kali terbangun menangis

Layaknya ghaddak minyak*
Ditanam di lereng bukit
Betapa derita kurasakan
Pacaran kalah saingan

Sudah lama sebenanya ada
Kalau memang lebih perhatian
Ya memang tidak
Kau menanam budi

Cincin di jari kiri
Gelang di kaki kanan
Maaf semuanya kepada kalian
Kalau salah jangan mengejek

*nama pohon untuk pelindung tanaman kopi
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Paradinei/paghadini

Paradinei/paghadini adalah puisi tradisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan jurubicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan.
Contoh : 


Jak banding sikam jinna
Lupa mak singgah jondong
Kubimbing niku jinna
Mukhawan niku khatong

Mawat kutattak lada
kammak jukuk ni lamon
Mawat kubuka cawa
kammak cawa sai temmon

Si gisting nangun mikhing
jalan berliku liku
Najin dunia giccing
bacak sapai di niku


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Lampung

Baca Selengkapnya ....

Pantun Agama

Posted by Unknown 2 komentar
Sungguh indah pintu dipahat
Burung puyuh di atas dahan
Kalau hidup hendak selamat
Taat selalu perintah Tuhan

Halia ini tanam-tanaman
Ke barat juga akan rebahnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Ke akhirat juga akan sudahnya

Redup bulan nampak nak hujan
Pasang pelita sampai berjelaga
Hidup mati di tangan Tuhan
Tiada siapa dapat menduga

Belatuk di atas dahan
Terbang pergi ke lain pokok
Hidup mati ditangan Tuhan
Kepada Allah kita bermohon

Daun tetap di atas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Perbuatan haram jangan dicuba

Terang bulan terang bercahaya
Cahaya memancar ke Tanjung Jati
Jikalau hendak hidup bahagia
Beramal ibadat sebelum mati

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat jasad tidak sembahyang

Kulit lembu celup samak
Mari buat tapak kasut
Harta dunia janganlah tamak
Kalau mati tidak diikut

Banyaklah masa antara masa
Tidak seelok masa bersuka
Meninggalkan sembahyang jadi biasa
Tidak takut api neraka?

Dua tiga empat lima
Enam tujuh lapan sembilan
Kita hidup takkan lama
Jangan lupa siapkan bekalan

Kalau Tuan pergi ke Kedah
Singgah semalam di Kuala Muda
Sembahyang itu perintah Tuhan
Jika ingkar masuk neraka

Ramai orang menggali perigi
Ambil buluh lalu diikat
Ilmu dicari tak akan rugi
Buat bekalan dunia akhirat

Pak Kulup anak juragan
Mati diracun muntahkan darah
Hidup di dunia banyak dugaan
Kepada Allah kita berserah

Letak bunga di atas dulang
Sisipkan daun hiasan tepinya
Banyak berdoa selepas sembahyang
Mohon diampun dosa di dunia

Encik Borhan seorang kerani
Terkemut-kemut bila meniti
Tinggalkan sembahyang terlalu berani
Sepertii tubuhnya takkan mati

Sayang-sayang buah kepayang
Buah kepayang hendak dimakan
Manusia hanya boleh merancang
Kuasa Allah menentukan

Masa berada di Pulau Jawa
Rakan diajak pergi menjala
Maha Berkuasa jangan dilupa
Kuasa Allah tidak terhingga

Nyiur mudah luruh setandan
Diambil sebiji lalu dibelah
Sudah nasib permintaan badan
Kita di bawah kehendak Allah

Kemuning di dalam semak
Jatuh melayang ke dalam paya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya?

Harimau belang turun sekawan
Mati ditikam si janda balu
Ilmu akhirat tuntutlah tuan
Barulah sempurna segala fardu

Kera di hutan terlompat-lompat
Si pemburu memasang jerat
Hina sungguh sifat mengumpat
Dilaknat Allah dunia akhirat

Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta doa kepada Tuhan

Anak ayam turun sembilan
Mati seekor tinggal lapan
Duduk berdoa kepada Tuhan
Minta Allah jalan ketetapan

Anak ayam turun lapan
Mati seekor tinggal tujuh
Duduk berdoa kepada Tuhan
Supaya terang jalan bersuluh

Anak ayam turunnya lima
Mati seekor tinggal empat
Turut mengikut alim ulama
Supaya betul jalan makrifat

Anak ayam turunnya lima
Mati seekor tinggal empat
Kita hidup mesti beragama
Supaya hidup tidaklah sesat

Tuan Haji memakai jubah
Singgah sembahyang di tengah lorong
Kalau sudah kehendak Allah
Rezeki segenggam jadi sekarung

Bulu merak cantik berkaca
Gugur sehelai ke dalam baldi
Jika tak banyak kitab dibaca
Jangan mengaku khatib dan kadi

Inderagiri pasirnya lumat
Kepah bercampur dengan lokan
Sedangkan nabi kasihkan umat
Inikan pula seorang insan

Sang puteri pergi berenang
Sambil berenang berdondang sayang
Jika hidup dikurnia senang
Jangan lupa tikar sembahyang

sumber : penyair.wordpress.com


Baca Selengkapnya ....

Pantun Melayu Delapan Kerat

Posted by Unknown 0 komentar
Sarang merbah di celah dahan,
Tempat punai bermain di situ,
Bekejar-kejaran anak rusa,
Tampak dari tanah seberang;
Bersyukur aku kepada Tuhan,
Kalau nasib memang begitu,
Akan merana sepanjang masa,
Harap pada kasihan orang.

Bagus rupanya bunga melur,
Putih rupanya bunga pinang,
Berukir bertangkai perak,
Permainan raja perempuan;
Cawan, cerek sudah teratur,
Pinggan, mangkuk sudah terhidang,
Penganan mulia sudah terletak,
Samalah duduk kita makan.

Korek perigi di parit seberang,
Tepi parit tumbuh mengkudu,
Berselang dengan pohon puding,
Hidup subur kanan dan kiri;
Tuan pergi dagang seorang,
Tuan saudara tempat mengadu,
Tiada saudara tempat berunding,
Pandai-pandailah membawa diri.

Sumber: Permatang Budi,1991.
Fajar Bakti Sdn. Bhd.



Baca Selengkapnya ....

Untukmu Penggila Hujan

Posted by Unknown 0 komentar
Tak ada yang ku tunggu dari hujan kecuali hawa dinginnya,
tubuhmu yang menggigil karenanya. Karena hawa menggigit itu aku bisa menghangatkamu dengan selimut usang, mendekapmu dalam pelukan panjang dan menghantarkanmu tidur dengan sedikit kecupan, di Kening.

Malam belum lagi lepas tapi hujan begitu deras.
Kilat sesekali berekelebat membentuk bayangan cabang dan daun flamboyan yang ada di halaman rumah kita.

Sengaja tak ku tutup gorden kain jendela kamar kita.
Tetes air dari loteng bagimu adalah pemandangan sempurna.
Juga tak takut dirimu pada guratan petir di tubuh langit malam.

Itulah pemandangan penghantar tidurmu malam itu.
Matamu sudah rapat sama sekali.
Bibir mungilmu terkatup menyunggingkan senyum kecil.

Hujan jinak perlahan namun dingin tetap mencekam
Kilat masih saja berkelebat berarak dengan guntur yang menggelagar.Selimut usang itu masih terpasang erat. Dekap pun tak kulepaskan.

Sungguh, aku sebenarnya tak suka hujan. Kecuali dinginnya itu yang karenanya aku bisa menghangatkanmu.
Kenapa kau begitu menggilainya?
Hampir setiap hari kau minta padaku menjadikan halaman rumah kita berhujan di waktu malam.

Dengan begitu kau bisa senantiasa melihat titik air di kaca jendela kamar. Memandang kucuran air dari loteng. Kau juga selalu merengek aku membuat kilat-kilat kecil pengganti petir yang membentuk bayangan pohon flamboyan itu di tembok kamar.

Kau tahu, aku adalah pendewa langit cerah. Matahari pujaanku. Malah jika bisa, aku berharap tak ada malam yang bagiku mencekam.

Bila hujan datang, tak ada lagi burung prenjak berceretak di pucuk flamboyan pertanda tamu akan datang. Tak mungkin kupu-kupu mengerubuti taman kecil di depan teras kita. Tak ada juga semilir angin membawa hawa kantuk.

Bagaimana sanggup aku membuat hujan yang justru membuatku bosan.
Pinta saja aku untuk membelah rembulan atau memanahi bintang.
Bahkan matahari pun bisa kugantungkan di langit-langit kamar.

Aku begitu mengasihimu tapi jangan kau minta aku membuat hujan...
Dan biarkan aku bersamamu sepanjang waktu. Mendekapmu selalu dan menjatuhkan kecupan mesra di keningmu. 

Tangerang, Senin 9 November 2009(ditulis oleh Suriyanto Bari)

Baca Selengkapnya ....

Ada Apa dengan Cinta *

Posted by Unknown 0 komentar
Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku

Sepi... Sepi dan sendiri aku benci.
Aku ingin bingar. Aku mau di pasar.

Bosan aku dengan penat,
dan enyah saja kau, pekat!

Seperti berjelaga jika aku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh

Ahh.. ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang
di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya?
Biar terderah,
atau... aku harus lari ke hutan belok ke pantai?

-Puisi dalam Film Ada apa dengan Cinta?-





Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of ROSORASA.